PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMIMPIN PEMBELAJARAN

oleh: siti Nurjanah, S.Pd.,M.Pd

Calon Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Sragen

Pengantar

 “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them counts is best) Bob Talbert. Kutipan tersebut jika dikaitkan dengan proses pembelajaran memiliki makna bahwa mengajarkan berhitung pada anak itu harus, karena berhitung merupakan dasar menuju ilmu-ilmu lainnya, namun sejatinya mengajarkan ilmu agama, kejujuran, moral, karakter, serta ilmu kehidupan itulah yang utama. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan.

Pendidikan menjadi media dalam melakukan pengembangan potensi dan mencerdaskan manusia agar siap menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Dapat dikatakan bahwa pendidikan memiliki peran sebagai pondasi dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, pendidikan harus dilakukan dengan sebaik mungkin dan berorientasi kepada masa depan. Proses pembelajaran sendiri dimulai dari pengajaran, pelatihan, hingga penelitian sebagai suatu cara dalam upaya meningkatkan kecerdasan, budi pekerti, kepribadian, dan keterampilan yang akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang di sekelilinganya.

Filosofi Pratap Triloka Pengaruhnya Terhadap Pengambilan Keputusan

Guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Oleh karena itu sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru harus dapat berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Beruntung sekali saya mendapat kesempatan untuk mengikuti program Calon Guru Penggerak, dimana dalam proses menjadi guru penggerak kita didiklat selama sembilan bulan agar siap mengemban amanah sebagai pemimpin pembelajaran dan menjadi agen perubahan di tempat kerja masing-masing. Dengan mempelajari modul 1-3 saya mendapatkan banyak pencerahan dan semakin yakin dalam mengambil keputusan. Selain itu sebagai guru penggerak, diharapkan dapat menggerakkan guru-guru lain baik di sekolahnya maupun di lingkungan sekitar sesuai harapan dari Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan asas-asas pendidikan yang dikenal dengan pratap triloka yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani. Slogan tut wuri handayani dijadikan sebagai slogan Kemeterian Pendidikan Nasional Indonesia, dimana slogan tersebut seakan tidak akan lekang oleh zaman artinya semboyan tersebut masih tetap kontekstual dengan keadaan atau kondisi saat ini di tengah derasnya arus perkembangan informasi dan teknologi. Guru harus dapat menjadi teladan/panutan yang mampu mendorong dan menyemangati siswa dan teman sejawat.

Peran Nilai dalam Pengambilan Keputusan

Peran guru di era globalisasi dan perkembangan teknologi digital yang cukup pesat, dituntut mampu mengelola pembelajaran yang berkualitas dengan memanfaatkan seluruh sarana dan potensi yang tersedia. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar dan berperan sebagai orang yang serba tahu seperti tempo dulu, tetapi guru harus dapat berkolaborasi dengan siswa dalam proses pembelajaran. Mengapa? Karena kehadiran teknologi digital memungkinkan siswa mengakses sumber belajar tanpa batas melalui jaringan internet. Jadi bisa saja siswa akan jauh lebih dulu menguasai dari pada gurunya, jika guru malas belajar dan tidak menguasai teknologi digital.

Menyadari perkembangan tersebut, maka guru harus mampu mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan mengacu pada pratap triloka yang mampu menjadi teladan, memberi motivasi, memberi dukungan terhadap siswa dalam upaya mengembangkan potensinya sesuai kodrat alam dan kodrat zaman. Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru yang memiliki nilai-nilai kebaikan dalam dirinya akan mampu mengambil keputusan dan akan melestarikan nilai-nilai kebaikan itu di tengah masyarakat melalui siswanya.

Peran Coaching dalam Pengujian Pengambilan Keputusan

Guru dalam mengambil keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang kondusif, aman dan nyaman harus memiliki kemampuan coaching. Dalam melakukan coaching ini guru dapat berpedoman pada model TIRTA yaitu merupakan salah satu model coaching yang dapat menuntun murid dalam menemukan potensi dirinya dengan cara komunikasi positip dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan efektif yang dapat membantu siswa berpikir kritis dan mendalam, sehingga siswa mampu menemukan potensi diri dan dapat mengembangkan potensi tersebut dalam kehidupan.

Coaching model TIRTA dapat dilakukan dengan berpedoman pada Tujuan, yaitu apa tujuan yang diharapkan dengan adanya coaching, Identifikasi Masalah yaitu untuk mengidentifikasi usaha-usaha apa yang sudah dilakukan dalam mewujudkan harapan atau impian, Rencana aksi yaitu apa saja rencana yang akan diambil atau dilakukan sebagai upaya mewujudkan harapan tersebut, Tanggung Jawab yaitu komitmen yang akan dilakukan secara konsisten meskipun mungkin harapan dan impian telah tercapai. Agar coaching berhasil tentu saja guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi efektif agar dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yterbuka yang mampu menuntun siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang telah ditetapkan dan direfleksikan kembali sehingga menjadi sebuah keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan, karena akan sangat berpengaruh terhadap masa depan siswa. Dalam hal ini sebagi guru, kita harus mampu menuntun dan membimbing siswa menemukan sendiri potensi pada diri mereka sehingga kelak akan terbiasa mandiri dalam mengambil keputusan.

Mengelola Aspek Sosial Emosional

Guru akan dapat membimbing dan menuntun siswa, ketika dirinya sendiri mampu bersifat terbuka dan mampu mengelola sosial emosionalnya. Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Ada teknik yang dapat dilakukan agar seseorang dapat mengendalikan diri, yaitu dengan melakukan teknik STOP untuk memulihkan kondisi berkesadaran penuh (Mindfulness). S diambil dari kata Stop yang berarti berhenti, yaitu menghentikan semua aktifitas yuang sedang dilakukan selama 5-10 menit untuk menghentikan aktivitas, T (Take a deep breath) tarik nafas dalam-dalam yang dilakukan sebanyak 2-3 kali untuk mendapatkan sumber energi positif dan dikeluarkan dalam bentuk energi negatif, O (Observe) artinya amati. Amati apa yan terasa dan terjadi pada tubuh kita baik negatif ataupun positif yang bersumber dari diri maupun dari orang lain sebagai upaya menenangkan pikiran dan memberi waktu kepada diri untuk menerima apa yang terjadi, P (Proceed) artinya lanjutkan, latihan selesai dan dapat melanjutkan aktivitas kembali.

Dilema Etika dan Bujukan Moral

Guru dalam menjalankan tugas seringkali dihadapkan pada dilema etika, dan suatu ketika dihadapkan juga pada bujukan moral. Sebagai pemimpin pembelajaran guru dituntut untuk dapat mengambil keputusan dengan tepat dari dua pilihan benar melawan benar, atau benar melawan salah. Nilai-nilai yang ada pada diri kita yang akan membimbing kita untuk mengambil keputusan yang terbaik unutk kepentingan siswa dengan pertimbangan kebajikan universal yang menjadi kesepakatan bersama dan dengan rasa tanggung jawab. Dalam mengambil keputusan kita dapat mengujinya melalui 3 prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan dengan tetap berpedoman pada nilai-nilai positif sehingga keputusan yang kita ambil dapat dipertanggungjawabkan dan dilakukan bukan semata-mata demi sebuah kepentingan.

Dampak Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan yang baik dan tepat harus dilakukan secara cermat dengan cara menganalisis dari berbagai aspek dan sudut pandang. Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman bagi semua pihak. Prinsip dalam pengambilan keputusan ini, kembalikan pada 3 prinsip pengambilan keputusan yang tepat, 4 paradigma dilema etika dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Hambatan Dalam Pengambilan Keputusan

Perubahan paradigma dan kebiasaan yang telah lama dipraktekkan di lingkungan kerja kadang membuat sulit dalam pengambilan keputusan. Kesulitan ini disebabkan juga karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya keberanian dalam mengambil keputusan, sehingga kita sering dihadapkan pada sebuah dilema antara kukuh mempertahankan nilai-nilai diri ataukah terbawa arus mengikuti kebiasaan atau terbawa sistem yang ada. Kesenjangan di lingkungan sekolah sebagai akibat adanya anggapan senior dan yunior juga sedikit banyak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, hal ini disebabkan adanya pandangan sebagian person yang menganggap bahwa yang senior lebih layak dan yunior harus menghormati dan mendahulukan yang senior. kesenjangan inilah yang kadang membuat seseorang menjadi pasif dan apatis akibatnya berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.

Pengaruh Pengambilan Keputusan Terhadap Pengajaran Yang Memerdekakan Murid

Pengambilan keputusan yang tepat sangat berpengaruh terhadap berbagai hal. Tentunya pengambilan keputusan ini akan berpengaruh juga terhadap pengajaran yang kita lakukan. pengajaran yang memerdekakan murid menuntun mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai potensi yang mereka miliki, kodrat alam dan kodrat zaman. Sehingga siswa dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan keinginan dan pilihan mereka sendiri. Dengan demikian siswa akan mendapatkan kebahagian dalam proses pembelajaran yang merdeka. Pembelajaran yang merdeka memberikan keleluasaan terhadap siswa dalam mengembangkan potensi dan minat yang ada pada diri siswa, sehingga akan berdampak terhadap pola pikir dan kemandirian siswa. Pengambilan keputusan yang tepat dari seorang guru dalam proses memerdekakan siswa akan menghasilkan profil pelajar Pancasila yang mandiri, terampil, kreatif, berwawasan kebhinnekaan global yang memiliki iman dan taqwa dan berakhlak baik. inilah bagian terpenting dari pendidikan.

Pengambilan Keputusan Guru Menentukan Masa Depan siswa

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memperhatikan potensi yang dimiliki siswa agar siswa dapat dengan leluasa mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dengan maksimal. Potensi diri yang tergali dan berkembang secara maksimal pada akhirnya dapat menjadi bekal dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan di masa mendatang.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari semua modul yang telah saya pelajari, semuanya saling terkait dan saling mendukung merdeka belajar dalam rangka tercapainya profil pelajar Pancasila yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat.

Diterbitkan oleh siti nurjanah

Blog pribadi. Aktifitas saat ini sebagai guru di SMK N 1 Miri, Kabupaten Sragen, Jateng.

10 tanggapan untuk “PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMIMPIN PEMBELAJARAN

  1. Guru harus mampu mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan mengacu pada pratap triloka yang mampu menjadi teladan, memberi motivasi, memberi dukungan terhadap siswa dalam upaya mengembangkan potensinya sesuai kodrat alam dan kodrat zaman.

    Setuju sekali dengan uraian Bu Siti… Mantaapp..

    Suka

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai